Sunday, February 10, 2013

PENYAKIT KITA DAN OBAT PENYEMBUHNYA

Yang saya maksud dengan penyakit kita pada judul itu adalah penyakit kita selaku orang Islam. Kita sedang mengidap suatu penyakit yaitu penyakit perpecahan. Umat Islam tidak lagi menjadi saatu umat yang utuh teguh seperti masa Rosulullah. Kita senang bercerai berai sehingga hilang semua kekuatan kita. Kita tidak lagi ditakuti oleh musuh-mush kita bahkan menjadi sebuah permainan musuh kita. Bagaikan macan yang dimainkan oleh pawangnya.

Penyakit kita yang demikian ini sudah disinyalir oleh Rosulullah tatkala beliau masih hidup di tengah-tengah ummatnya. Sabda beliau:


“Sesunggunya agama (ummat) ini akan terpecah menjadi 73 (kelompok), 72 di (ancam masuk ke) dalam Neraka dan satu yang didalam Surga, dia adalah Al-Jama’ah”. 
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu)


Perpecahan kita terjadi karena kita sudah jauh meninggalkan keteladanan Rosulullah, tidak terasa kita menjauhi sunah beliau sejengkal demi sejengkal akhirnya semakin jauh. Apa-apa yang sudah sempurna dalam sunah beliau tapi kita masih ingin menambah-nambahnya lagi karena merasa ingin lebih sempurna lagi. Lalu kita kerjakan apa yang tidak pernah dikerjakan oleh beliau dan kita lakukan apa-apa yang tidak pernah disuruh dan tidak dianjurkannya. Akhirnya timbullah ishraf  atau sikap berlebihan dalam ibadah yang seolah-olah kita beranggapan bahwa apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rosulullah itu masih kurang sempurna. Akibatnya setiap orang berbuat menurut persepsinya masing-masing sehingga tatkala ditunjukkan perbuatan yang sesuai dengan sunnah Rosulullah, dianggaplah bahwa hal itu sebagai sesuatu yang baru. 

Marilah kita renungkan pesan Rosulullah berikut ini:


عن العرباض بن سارية قال: صلى بنا رسول الله ذات يوم ثم أقبل علينا فوعظنا موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب، فقال قائل: يا رسول الله كأن هذه موعظة مودع، فماذا تعهد إلينا؟ فقال: أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبدا حبشيا؛ فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة 

“Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodhiallahu’anhu ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat“. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)

KA

Allah telah berpesan dalam Al Qur'a, surat Ali Imran ayat 3:



103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Betapa beratnya penyakit kita saat ini padahal obatnya sudah ada di hadapan kita tapi kita tidak mau menggunakannya karena kita merasa bahwa kita tidak sedang sakit. Inilah egoisme kita. Wallahu  a'lam.


B


BetapBe






aaa







PP
























No comments: