KITA MENYIKAPI UJIAN ALLAH
Tidak ada orang yang
tidak pernah sakit. Hanya ada yang pernah sakit ada yang sakit-sakitan atau
sebentar-sebentar sakit. Tidak diragukan
lagi bahwa sakit itu merupakan sebuah musibah. Sedangkan musibah itu mempunyai
tiga fungsi. Pertama sebagai hukuman,
kedua sebagai penghapusan dosa, dan ketiga sebagai ujian untuk peningkatan
derajat seseorang.
Nabi Ayub a.s adalah
orang yang pernah diuji oleh Allah dengan penyakit, namun beliau tetap konsisten
melaksanakan ibadah, bersyukur, dan bersabar.
Apabila kita menghayati
secara mendalam, mengapa Allah menguji seseorang dengan penyakit, kita bisa
menggali pendapat seorang ulama yang menyatakan:
Pertama,
agar manusia itu menyadari bahwa dirinya itu lemah. Coba saja kita lihat,
dengan nyamuk saja dia bisa demam menggigil, padahal coba bandingkan ukuran
badannya dengan tubuh nyamuk.
Kedua,
agar Allah dapat menemukan, mana mu’min sejati dan mana mu’min yang imitasi,
akan tampak pada wkatu diuji.
Ketiga,
Untuk menghapus dosa, shingga bisa meningkatkan derajat seseorang.
Keempat,
sebagai latihan diri, agar tidak kaget pada waktu mendapt ujian yang lebih
berat.
Kelima,
untauk menumbuhkan sikap dan rasa tolong menolong
Oleh karena itu,
apabila Allah menguji kita dengan sakit, maka kita harus menyikapinya sebagai
berikut:
- 1 Berprasangka baik kepada Allah. Tumbuhkan sebuah pengharapan bahwa sakit yang diberikan itu merupakan awal dari kebaikan yang akan dianugerahkan Allah.“Barang siapa dikehendaki Allah kebaikan, maka dia akan diberikan cobaan.” (Hadis Riwayat Bukhori dan Muslim)
- Sikapi dengan bersabar, yaitu tetap melaksanakan segala ibadah dengan penuh keikhlasan.Dalam sebuah hadis qudsi dijelaskan, “ Jika Kubebankan kemalangan kepada salah seorang hamba-Ku terhadap badannya, hartanya, atau anaknya kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat atau membukakan buku catatan amalnya.” (Hadis Qudsi riwayat At Tirmidzi dari Anas bin Malik). Maksudnya dia bebas dalam persidangan pada yaumul hisab nanti.
- Bersykur atas ujian sakit yang menimpa. Sabda Rosulullah dalam hadis Qudsi, Allah berfirman kepada para malaikaat:“Jika Aku menguji salah seorang hamba-Ku lalu ia memuji-Ku atas ujian itu, maka berilah dia pahala sebagaimana pahala yang biasa kalian berikan kepadanya.” Hadis Riwayat Ahmad dan Thabrani) Misalnya, seorang yang secara rutin sholat tahajud setiap malam, tiba-tiba dia tidak melakukannya karena sakit, maka malaikat akan mencatatkan pahalanya walaupun dia tidak mengerjakannya.
- Introspeksi diri. Kit a diuji oleh Allah dengan sakit, coba kita teliti diri kita, mengapa ujian itu dikenakankepada diri kita. Adakah kekeliruan yang kita lakukan dalam kehidupan kita? “Hasibuu qobla an tuhaasabuu “ artinya perhitungkanlah dirimu sebelum diperhitungkan nani di yaumul hisab.
- Berserah diri kepada Allah atas musibah yang menimpa diri kita. Kita terus berupaya tanpa berputus asa, adapun hasilnya kita serahkan kepada keputusan Allah SWT. Firman Allah :
surat : Alam Nasyrah Ayat : 7 |
fa-idzaa faraghta fainshab |
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain [1587], [1587] Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berda'wah maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: Apabila telah selesai mengerjakan shalat berdo'alah. |
surat : Alam Nasyrah Ayat : 8 |
wa-ilaa rabbika fairghab |
8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. |
No comments:
Post a Comment