DZIKIR, PIKIR, DAN SYUKUR
SEBAGAI SARANA MEMPERTEGUH IMAN
MUKADDIMAH
anusia adalah makhluk Allah yang dikaruniai akal sebagai perangkat yang sangat penting dalam rangka pemanfaatan alam. Sebagai makhluk pemilik akal, manusia dalam Al Qur’an disebut dengan sebutan “ulil albab” yang artinya pemilik akal, pemilik pikiran, pemilik pengertian, atau pemilik kebijaksanaan.
Dalam surat Ali Imran ayat 190 dan 191 Allah berfirman:
|
surah / surat : Ali Imran Ayat : 190 |
|
inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnnahaari laaayaatin li-ulii al-albaabi
|
|
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, |
surah / surat : Ali Imran Ayat : 191 |
|
alladziina yadzkuruuna allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba alnnaari
|
|
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. |
Ciri-ciri orang yang berakal, atau yang disebut oleh Allah dengan “ulil albab” yaitu :
1. Selalu dzikir (ingat) kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi.
2. Selalu memikirkan tentang penciptaan makhluk yang ada di langit dan di bumi.
3. Selalu bersyukur sebagai manipestasi dari kesadaran atas keagungan Maha Pencipta.
A. DZIKIR
Menurut bahasa, dzikir artinya ingat. Dalam hal ini ingat kepada Allah SWT. Dalam bentuk lisan, dzikir adalah mengucapkan “Laa Ilaaha illallah” (Tidak ada
tuhan selain Allah). Namun pernyataan lisan saja tidak ada artinya kalau tidak diikuti dengan amal perbuatan yang sesuai dengan makna pernyataan yang diucapkan.
Dalam pengertian yang seluas-luasnya, dzikir adalah memperhatikan kejadian alam sehingga akhirnya menyadari bahwa seluruh makhluk itu diciptakan oleh Al Kholik untuk dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka pengabdian kepada-Nya.
Dzikir itu laksana tali yang menghubungkan antara diri kita dengan Al Kholik. Jika tali itu terputus maka hidup ini akan kehilangan kendali bagaikan layang-layang putus tali yang hanya bergerak mengikuti arah angin.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 152
surah / surat : Al-Baqarah Ayat : 151 |
|
kamaa arsalnaa fiikum rasuulan minkum yatluu 'alaykum aayaatinaa wayuzakkiikum wayu'allimukumu alkitaaba waalhikmata wayu'allimukum maa lam takuunuu ta'lamuuna
|
|
151. Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni'mat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab
dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui. |
Dalam sebuah hadis Qudsi Rosulullah bersabda
قال الله تبارك وتعالی وإذا تقرب مني شبرا تقربت ذراعا
Artinya:
Telah berfirman Allah Yang Maha Suci dan Maha Luhur, “Apabila ia mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku-pun mendekat kepadanya sehasta”. (Hadis Riwayat Bukhori dan Muslim)
Allah itu Maha Mulia, maka alangkah terhormatnya orang yang selalu diingat oleh Allah Yang Maha Mulia. Diingat oleh Allah itu artinya senantiasa mendapatkan rahmat-Nya tanpa terputus.
Dzikir atau ingat kepada Allah itu merupakan urusan hati yang indikatornya bisa terlihat dari amal perbuatan yang ditampakkannya.
Allah berfirman dalam surat Al A’rof ayat 205:
|
surah / surat : Al-A'raf Ayat : 205 |
|
waudzkur rabbaka fii nafsika tadharru'an wakhiifatan waduuna aljahri mina alqawli bialghuduwwi waal-aasaali walaa takun mina alghaafiliina
|
|
205. Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. |
B. P I K I R
Manusia berpikir dengan menggunakan potensi akal sehat yang dimilikinya.
Produk berpikir adalah berupa ilmu pengetahuan, dan dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya manusia akan ma’rifat kepada Allah, jika dikehendaki-Nya.
Itulah sebabnya banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menganjurkan kepada manusia agar berpikir dengan akalnya. Allah sangat menghargai kepada orang-orang yang mau berpikir.
Rosulullah s.a.w. bersabda:
تفکرا ساعة خير من عباد ة سنة ( رواه إبن حبان )
Artinya:
Berpikir sesaat itu lebi baik daripada beribadah setahun (Riwayat Ibnu Hibban).
Allah berfirman dalam surat Al Mujadalah (58) ayat 11: :
|
surah / surat : Al-Mujaadilah Ayat : 11 |
|
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa qiila lakum tafassahuu fii almajaalisi faifsahuu yafsahi allaahu lakum wa-idzaa qiila unsyuzuu faunsyuzuu yarfa'i allaahu alladziina aamanuu minkum waalladziina uutuu al'ilma darajaatin waallaahu bimaa ta'maluuna khabiirun
|
|
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. |
Yang menjadi obyek berpikir adalah makhluk ciptaan Allah karena akal manusia
tidak mungkin memikirkan dzat Allah sebab Ia berada di luar jangkauan akal serta tidak mungkin bisa dianalisis secara empiri oleh pemikiran manusia.
Rosulullah bersabda:
تفكروا في خلق الله ولا تفكروا فى الله ( رواه البيهقی )
Artinya:
Berpikirlah kamu tentang makhluk ciptaan Allah dan janganlah kamu berpikir tentang dzat Allah. (Riwayat Abu Na’im dan Baihaki).
Tanda-tanda kebesaran Allah bisa terlihat pada alam semesta dan pada diri kita
Firman Allah dalam suarat Fusshilat (41) ayat 53:
surah / surat : Fushshilat Ayat : 53 |
|
sanuriihim aayaatinaa fii al-aafaaqi wafii anfusihim hattaa yatabayyana lahum annahu alhaqqu awa lam yakfi birabbika annahu 'alaa kulli syay-in syahiidun
|
|
53. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi
mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
|
Allah menganjurkan agar manusia mulai berpikir dari obyek yang paling dekat yaitu dirinya sendiri kemudian benda-benda yang ada di sekitarnya akhirnya sampai kepada pemikiran yang menyeluruh terhadap seluruh alam semesta.
C. SYUKUR
Berpikir merupakan proses perenungan terhadap ciptaan Allah, sedangkan bersyukur adalah memanfaatkan segala ciptaan Allah itu sesuai dengan
kehendak Pencipta-Nya. Semua karunia Allah itu perlu diolah dengan akal manusia agar kenikmatannya bisa bertambah.
Dalam kaitan itulah Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 :
surah / surat : Ibrahim Ayat : 7 |
|
wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum inna 'adzaabii lasyadiidun
|
|
7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". |
Ayat-ayat mengenai syukur dalam Al Qur’an bisa ditemukan lebih dari 60 ayat di antaranya An Nisa (4): 147; Luqman (31): 12; An Nahl (16): 114 dan sebagainya.
Seseorang belum disebut bersyukur kepada Allah, kalau kenikmatan yang diperolehnya itu belum dimanfaatkan untuk sesuatu yang diridoi Allah. Jadi apabila nikmat yang diberikan Allah itu digunakan untuk sesuatu tindakan yang dibenci oleh Allah atau dengan kata lain untuk maksiat kepada-Nya,maka orang demikian berarti mengingkari kenikmatan itu sendiri yang dalam terminologi Islam disebut dengan kufur nikmat.
Kalau kenikmatan itu berupa harta kekayaan maka hartanya akan dibelanjakan di jalan Allah. Kalau kenikmatan itu berupa ilmu maka ilmunya akan diamalkan untuk kemaslahatan dirinya dan manusia di sekitarnya. Dan kalau kenikmatan itu berupa pangkat dan kedudukan, maka kedudukan itu akan dimanfaatkan sebagai medan beramal salih dalam rangka pengabdian kepada Allah.
Sungguh banyak karunia Allah yang telah diberikan kepada kita. Dan sungguh banyak pula nikmat Allah yang belum tersyukuri.
Firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 34:
surah / surat : Ibrahim Ayat : 34 |
|
waaataakum min kulli maa sa-altumuuhu wa-in ta'udduu ni'mata allaahi laa tuhsuuhaa inna al-insaana lazhaluumun kaffaarun
|
|
34. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat
zalim dan sangat mengingkari (ni'mat Allah). |
Dalam surat Luqman ayat 27 Allah berfirman
surah / surat : Luqman Ayat : 27 |
|
walaw annamaa fii al-ardhi min syajaratin aqlaamun waalbahru yamudduhu min ba'dihi sab'atu abhurin maa nafidat kalimaatu allaahi inna allaaha 'aziizun hakiimun
|
|
27. Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah [1184].
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[1184] Yang dimaksud dengan "Kalimat Allah" ialah: Ilmu-Nya dan Hikmat-Nya. |
KHATIMAH
Dzikir, pikir, dan syukur merupakan trilogi yang saling berkait erat dan tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Orang yang berdzikir pasti akan berpikir dan bersyukur. Sebaliknya pula orang yang tidak pernah berdzikir – tidak pernah ingat kepada Allah – tidak mungkin mau berpikir tentang kebesaran Allah dan tidak pula akan bersyukur atas segala karunia-Nya.
Orang yang selalu ingat kepada Allah, pasti akan senantiasa menjaga segala perbuatannya dari tindakan-tindakan yang tidak diridoi-Nya. Dia akan memanfaatkan seluruh potensi dirinya, baik raga maupun jiwanya, untuk melasanakan ketaatan kepada Allah. Di kala ia mendapat kenikmatan, ia akan bersyukur dan di kala mendapat musibah ia akan bersabar.
Bagaimana agar kita bisa mensyukuri nikmat Allah yang ada pada diri kita? Kita akan dapat mensyukuri nikmat, kalau nikmat yang kita miliki itu kita perbandingkan dengan nikmat yang lebih rendah yang ada pada orang lain. Misalnya, kesehatan yang kita miliki, baru bisa kita sadar bahwa itu merupakan nikmat yang harus disyukuri, kalau kita perbandingkan dengan perasaan orang yang terganggu kesehatannya. Orang yang sakit matanya sebelah, masih akan bersyukur kalau ia perbandingkan dengan orang yang sakit kedua belah matanya.
Apabila karunia Allah yang ada pada kita diperbandingkan dengan karunia yang diberikan Allah kepada orang lain yang secara kuantitas dan kualitas lebih tinggi, maka kita akan merasakan bahwa karunia Allah pada diri kita selalu terasa sedikit jumlahnya. Hal inilah yang membuat kita lupa mensyukuri nikmat yang telah ada.
Dalam hubungan itulah Rosulullah telah berpesan:
انظر إلى من هو اسفل منکم ولا تنظر إلی من هو فوقکم فهو ٱجدر ٱن لاتزدروا نعمة الله عليکم )رواه البخاري ومسلم )
Artinya:
Pandanglah kepada orang yang lebih rendah daripada kamu, dan janganlah selalu memandang kepada orang yang di atas kamu, agar kamu tidak memandang kecil terhadap nikmat Allah atasmu. (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Dalam hal anugerah Allah yang diberikan kepada kita, hendaknya tidak kita perbandingkan dengan anugerah Allah yang ada pada orang lain yang mungkin lebih besar dan lebih banyak jumlahnya. Karena kalau anugerah Allah itu kita bandingkan dengan yang ada pada orang lain yang lebih besar, maka kita merasa belum mendapatkan apa-apa. Kita akan selalu merasa kekurangan, sehingga kita lupa mensykuri anugerah yang sudah ada pada diri kita. Demikian pula seandainya kita melakukan sesuatu kesalahan, janganlah diperbandingkan dengan kesalahan orang lain yang lebih besar, tapi bandingkanlah dengan kesalahan orang yang lebih kecil. Kalau kesalahan itu kita perbandingkan dengan yang lebih besar, maka kita merasa seolah-olah kesalahan kita itu tidak berarti apa-apa, sehingga kita tidak memiliki niat untuk memperbaiki diri .
Mudah-mudahan Allah menggabungkan kita dengan orang-orang yang senantiasa mesyukuri nikmat-Nya.
اللهم ٱعني على ذكرك وشكرك وحسن عباد تك ٠
ربي اوزعني ٱن ٱشكر نعمتك التي ٱنعمت علي وعلى والدي وٱن ٱعمل صالحا ترضاه وٱدخلني برحمتك في عبادك الصالحين ٠
ٱمين يامجيب السائلين يا غفور الرحيم ٭