Sakit Merupakan Ujian Terhadap Kesabaran Kita
Tidak ada orang yang selama hidupnya tidak pernah sakit, tapi kalau orang yang sakit seumur hidup mungkin ada. Berarti dia terus-terusan diuji oleh Allah SWT.
Rasulullah s.a.w telah bersabda:
"Orang yang banyak mendapatkan ujian adalah para nabi, kemudian orang-orang yang lebih dekat derajatnya kepada mereka secara bertingkat dan berurutan. Seseorang diuji berdasarkan ketaatannya dalam agamanya, maka Allah mengujinya sesuai dengan tingkat ketataatannya dalam beragama. Demikianlah
bala dan ujian itu senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan di maka bumi ini tanpa dosa apa pun" (Riwayat Imam Turmudzi)
Seamakin kuat iman seseorang semakin besar godaan syetan menimpanya. Orang yang lemah imannya cukup digoda oleh syetan-syetan yang lemah, tidak perlu syetan yang berpengalaman, karena dengan sentilan sedikit saja dia sudah ikut menjadi temannya syetan. Tapi tidak demikian halnya terhadap orang-orang yang kuat iman.
Allah mengujji seseeorang dengan sesuatu yang berupa musibah, dengan tujuan:
Pertama, sebagai hukuman atas dosa-dosa yang telah orang kerjakan. Hal ini merupakan hukum sebab akibat. Karena dia makan makanan yang pedas, akibatnya sakit perut. Ini hukum kausalitas. Dia harus segera menghentikan perbuatannya dan bertaubat.
Kedua, sebagai penghapusan dosa, sehingga di akhirat kelak tidak ada dosa yang diperhitungkan lagi karena sudah terhapus di dunia. Berarti musibah ini menjadi kifarat atau penghapus dosa.
Ketiga, sebagai ujian untuk menaikkan derajat seseorang di hadapan Allah. Inilah ujian yang diberikan kepada para Rosul.
Kalau diri kita sakit, tidak ada jalan lain selain sabar dan tawakkal serta berikhtiar. Jangan sampai karena sakit lalu kita menjauhkan diri dari Allah SWT. Yakinlah bahwa dengan sfat Rahman Rahim-Nya, Allah akan memberikan keputusan yang terbaik bagi diri kita, walaupun keputusan itu mungkin tidak kita sukai, tapi Allah suka.
Allah berfirman:
surah / surat : Asy-Syu'araa Ayat : 80 |
wa-idzaa maridhtu fahuwa yasyfiini |
80. dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, |
Billahit taufi wal hidayah