بسم الله الرحمن الرحيم
MEMBACA TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAHبِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (١) خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مِنۡ عَلَقٍ (٢) ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ (٣) ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ (٤) عَلَّمَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ (٥)
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat ini tercantum dalam surat Al ‘Alaq yang artinya segumpal darah. Malaikat Jibril menyampaikannya kepada Muhammad pada waktu beliau berusia 40 tahun. Dengan turunnya ayat ini maka resmilah Muhammad dipilih oleh Allah menjadi seorang Rosul yang bertugas untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada umat manusia.
Ketika Malak Jibril menyampaikan ayat ini, Rosulullah menjawab, “Saya tidak bisa memb aca”, “Bacalah”, Rosul menjawab lagi, “Saya tidak bisa memb aca”, demikian sampai tiga kali. Kemudian Jibri melanjutkan, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia, yang telah mengajari manusia dnegan perantaraan pena, Dia memngajarkan kepada msnuaia, tentang apa-apa yang tidak diketahuinya.”
Nabi Muhammad pada saat itu, tidak bisa membaca. Kedatangan Jibril kepada Nabi Muhammad untuk menyuruh membaca, tentulah bukan sebuah kekeliruan atau sebuah ketidaktahuan, karena yang diperintahkannya bukan untuk membaca sebuah tulisan, melainkan membaca dalam pengertian yang selusas-luasnya tentang kekuasaan dan kebesaran Al Kholiq yang telah menciptakan manusia.
Allah telah mengajari manusia dengan perantaran pena, dan mengajari manusia tentang apa-apa yang tidak diketahuinya. Fenomena-fenomena alam merupakan “goresan pena Allah” yang harus dibaca, dipelajari, dieksplorasi untuk kemanfaatan seluruh alam. Allah hanya memberikan kemampuan meneliti dan mengeksplorasi alam ini kepada manusia, tidak kepada makhluk-makhluk yang lain.
Firman Allah dalama Surat Al Ahzab ayat 72:
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَہَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَـٰنُۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ ظَلُومً۬ا جَهُولاً۬
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
Manusia merupakan makhluk yang telah diberi berbagai potensi oleh Allah untuk mampu mengelola alam buat kesejahteraan manusia, tapi manusia itu terkadang zalim kepada dirinya dan bersifat bodoh. Kezaliman yang dilakukan manusia itu adalah dalam bentuk pengingkaran terhadap kekuasaan Allah. Berbagai fenomena yang terjadi pada alam, hanyalah dianggap sebagai sebuah “hukum alam” biasa. Mengapa api itu bersisfat panas, dianggapnya hanyalah sebuah hukum alam saja. Kezaliman manusia itu akan semakin dahsyat, tatkala alam itulah yang dipertuhankan olehnya. Bukankah kemusyrikan itu merupakan kezaliman yang besar, sebagaimana diterangkan dalam Surat Luqman ayat 13.
إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ۬
“ Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu, tidak memberikan pencerahan yang bisa melahirkan kesadaran terhadap keberadaan pencipta alam, bahkan menimbulkan rasa kesombongan dan ketakaburan. Di sinilah kebodohannya. Jadi bodohnya itu bukan dalam arti tidak berilmu, melainkan dengan ilmunya itu tidak bisa menerima kebenaran yang hakiki.
Bagi seorang yang beriman, hukum alam itu adalah sunatullah yakni ketentuan Allah, maka dari situlah titik awal seorang mu’min untuk meneliti, memperhatikan, mempelajari dan mengkaji alam semesta. Sehingga proses pengkajiannya itu akan mampu memperdalam keyakinan terhadap kebesaran Al Kholiq Pencipta alam semesta. Jika dia belum mampu melakukan penelitian secara ilmiah terhadap sesuatu fenomena alam, maka dia akan mengucapkan Wallahu a’lam, hanya Allah yang Mahatahu segala sesuatu. Tidak ada sedikit pun perasaan bahwa dirinya serba tahu dan lebih tahu dari pencipta alam semesta. Dengan demikian tidak ada rasa takabur, rasa menyomboingkan diri, karena hanya Allah Yang Maha Besar dan Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tugas memakmurkan bumi ini hanya diberikan Allah kepada manusia, tidak kepada malaikat, tidak pula kepada makhluk-makhluk lain seperti jin, hewan dan sebagainya, karena Allah Mahatahu bahwa yang memiliki potensi untuk itu hanya makhluk yang namanya manusia. Potensi yang diberikan Allah sebagai perangkat yang dimiliki manusia adalah al ‘aqlu (akal) yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Akan tetapi jika diserahkan hanya kepada akal saja, manusia kadang-kadang bisa salah mengambil keputusan. Sesuaatu yang benar menurut akal manusia, belum tentu merupakan kebenaran yang sesungguhnya. Oleh karena itu kebenaran yang dihasilkan akal manusia adalah kebenaran yang nishbi (relaatif), kebenaran yang bersifat kondisional, sedangkan kebenaran yang berasal dari Allah adalah kebenaran yang mutlak.
Sebagai sebuah ilustrasi, marilah kita lihat tatkala kita berdiri di jalan kereta api yang lurus, maka tampak di ujung sana kedua jalur rel itu seolah-olah berhimpit dan merapat, padahal tidak demikian. Atau kita perhatikan, jika sebatang tongkat yang lurus, kita celupkan ke kolam air yang bening, maka tampak oleh mata kita sepertinya tongkat itu bengkok. Kalau hal itu dibenarkan, maka manusia akan mengambil sebuah keputusan yang keliru. Jadi potensi yang ada pada manusia itu memiliki keterbatasan. Kalau begitu, manusia masih perlu diberikan perangkat lain yakni hidayah ( petunjuk) yang akan senantiasa menerangi perjalanan mansuia menuju kepada titik tujuan terakhir (final goal) yaitu keridhoan AllahS WT.
Petunjuk itu sekarang usdah ada lengkap di hadapan kita, tinggal kita mau menggunakannya atau tidak? Allah berfirman: dalam Al Baqoroh ayat 2:
ذَٲلِكَ ٱلۡڪِتَـٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدً۬ى لِّلۡمُتَّقِينَ
“Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Al Qur’an itulah yang akan mengarahkan kita menuju keridhoan Allah melalui jalan yang lurus. Jalan lurus itu adalah jalan yang dilalui oleh para Rosul Allah, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan jalan yang sesat. Islam itulah jalan yang lurus yaitu jalan yang paling dekat dan paling tepat untuk mengantarkan manusia kepada keridhoan Allah SWT.
Billahit taufiq wal hidayah
.
No comments:
Post a Comment