Saturday, October 1, 2011

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
HARUS DIMULAI DARI RUMAH
Oleh Une Sasmita, S.IP
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi kehidupan seorang anak. Guru yang paling pertama dikenalnya adalah ibunya. Ibulah yang berperan paling dominan dalam membina dan mengarahkan kehidupan anak. Ke mana pendidikan itu diarahkan oleh kedua orang tua terutama ibu, maka ke sanalah pendidikan anak akan mengarah. Apakah kelak anak akan menjadi seorang manusia yang jujur atau seorang pendusta, seorang pemarah atau penyabar, semuanya tergantung kepada pendidikan awal yang dilaksanakan oleh keluarga di rumah.
Karena begitu dominannya pengaruh ibu terhadap pendidikan anaknya, Rosulullah Muhammad s.a.w pernah bersabda, “Sorga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.” Artinya jejak langkah seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya akan dapat mewujudkan pribadi anak-anak yang salih. Sebaliknya karena kesalahan pendidikbnan para ibu pula, maka anak bisa menjadi manusia terlaknat, bahkan menjadi sampah masyarakat.
Dalam sebuah hadis lain Rosulullah bersabda, “Setiap anak dilahirkan atas dasar kesucian, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi,” Ungkapan Nabi tersebut menunjukkan betapa dominannya pendidikan di rumah tangga terhadap jalan kehidupan yang akan ditempuh seorang anak manusia.
Didiklah dengan cinta
Setiap anak yang lahir ke dunia ini akan selalu disambut dengan cinta kasih seorang ibu. Semua rasa susah payah yang dialaminya selama bayi berada dalam kandungannya, sekejap akan hilang karena berganti dengan kegembiraan. Namun ada pula bayi yang lahir, kemudian menjadi mangsa keganasan ibunya, karena kelahiran bayi itu akan menjadi bukti dari aib perbuatan amoralnya. Maka untuk menghilangkan jejak dari pandangan masyarakat, si ibu tega melenyapkan anaknya.
Curahan rasa cinta kepada anak merupakan tindakan pendidikan yang akan merefleksikan rasa cinta pula dari batin sang anak. Kepribadian anak yang dihiasi dengan cinta kasih dalam rumah tangga, akan terpancar dalam pergaulan sehari-hari anak dengan sesamanya. Seorang pakar pendidikan barat Dorothy Law Nolte menulis sederet ungkapan mengenai pengaruh pendidikan terhadap kepribadian anak yang antara lain berbunyi:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Karena besarnya pengaruh pendidikan di rumah tangga, maka jika kita ingin melihat bagaimana orang tua memperlakukan anaknya di rumah, cukup dengan melihat bagaimana anak itu bersikap terhadap temannya. Anak yang diperlakukan keras dan kasar, maka ia akan menjadi seorang yang kasar pula dalam pergaulan. Seorang anak yang selalu menyaksikan kedua orang tuanya ribut berantem di dalam rumah, tidak mustahil si anak akan menjadi biang keributan di tengah pergaulannya. Budi pekerti yang dibawa oleh anak ke tengah pergaulannya, merupakan label atau etiket dari produk pendidikan di rumah tangganya. Label itulah yang akan melekat dan mudah terlihat dari luar.
Fungsi rumah bagi seorang anak harus benar-benar menjadi sebuah “terminal” tempat dia berangkat dan tempat dia kembali. Sewaktu-waktu ia harus pergi ke luar rumah dan pada waktunya pula ia harus kembali. Anak yang terus-terusan berada di rumah, tentu akan tumbuh menjadi anak yang kurang pengalaman, bagaikan katak dalam termpurung, ia tidak pernah melihat dunia luar. Sebaliknya anak yang senang di luar rumah dan sering lupa pulang, maka jiwanya akan mudah terkontaminasi oleh pengaruh negatif di luar rumah.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan rumah kita sebagai sorga bagi anak-anak kita. Semoga!



No comments: