Tuesday, January 29, 2013

ROSUL MENURUT AL QUR'AN

Al Qur'an memberikan penjelasan bahwa rosul adalah manusia pilihan Allah yang diberi wahyu untuk disampaikan kepada umat manusia. Pilihan ini dijatuhkan berdasarkan kualitas kepribadian yang dimiliki seorang rosul yaitu memiliki sifat shidiq (jujur), amanah (terpercaya) tabligh (menyampaikan) dan fathonah (cerdas). Manusia yang memiliki standar kualitas demikianlah yang akan mampu menerima pesan-pesan Allah berupa wahyu. Akan tetapi sebagai manusia biasa, seorang rosul tetap memiliki sifat-sifat dasar manusia seperti makan, tidur, jalan-jalan dan sebagainya yang tidak menyebabkan terdegradasinya sifat-sifat kemuliaan yang dimilikinya. Inilah yang dalam terminologi Islaaim disebut sifat "A'rodhul basyariyah" artiya sifat-sifat sebagai menusia.
Inti ajaran yang dibawa oleh para rosul itu adalah sama, yaitu mengajarkan manusia untuk menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Allah (La Ilaaha ilallaah). Sebagai manusia pilihan Allah, rosul itu tetap saja manusia, tidak naik derajatnya kepada derajat ketuhanan, atau menjadi  anak Tuhan. (Katakanlah, Allah itu Esa, Allah tempat semua makhluk menggantungkan pengharapan, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya). 
Terputusnya informasi kerasulan antara masa rosul satu dengan lainnya menimbulkan penafsiran seolah-olah agama yang dibawa para rosul itu bermacam-macam. Padahal para rosul itu mebawakan Islam yaitu agama tetang kepatuhan hanya kepada Allah. "Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah adalah Islam." (Ali Imran 19)
Namun banyak manusia mengira bahwa Allah itu menciptakan tiga jenis agama yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam. Mereka mengelompokkan para rosul bahwa Ibrahim, Ishaq, dan Ya'kub sebagai pembawa agama Yahudi sedangkan kalangan Nasrani beranggapan bahwa seluruh rosul itu adalah membawa ajaran Nasrani kecuali nabi Isa yang diimaninya sebagai anak tuhan, ada pun nabi Muhammad tidak diakuinya sebagai rosul.
Al Qur'an tidak membedakan satu Rosul dari rosul lainnya, mereka adalah sama-sama sebagai pengemban tugas kerasulan.
[2:285] Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (AL Baqoroh 285)

 


Monday, January 28, 2013

SUNAN GUNUNG JATI DAN FATAHILLAH

  Siapakah Sunan Gunung Jati dan siapakah  Fatahillah?

Dalam pelajaran sejarah, kita masih menemukan bahwa Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah, Fatahillah, Faletehan adalah nama  atau sebutan untuk satu orang yang sama. Jadi Sunan Gunung Jati alias Fatahillah alias Syarif Hidayatullah, alias Faletehan alias Tagaril. Kesimpulan ini bersumber dari disertasi DR. Husein Djajadiningrat tahun 1913 yang menyatakan bahwa nama-nama itu merupakan sebutan untuk satu orang. Pendapat ini masih banyak memengaruhi para penulis sejarah.

Menurut Edi S.Ekadjati dalam Seminar Sejarah Jawa Barat di Sumedang tanggal 21-23 Maret 1974 yang mengambil sumber dari Carita Purwaka Caruban Nagari, menyatakan bahwa nama tersebut  merupakan nama dua tokoh yang berlainan. Makam kedua tokoh itu sama-sama ditempatkan secara berdekatan di Pasir Jati Bukit Sembung Cirebon. Sunan GUnung Jati wafat tahun 1568 sedangkan Fatahillah wafat tahun 1570.